Asal-usul Nama Hari Jawa Kuno, Makna, dan Relevansinya Saat Ini
Terbit pada 15 Oktober 2025 oleh penulis — 4 min
Nama hari Jawa Kuno adalah sistem penamaan hari yang berasal dari tradisi penanggalan Jawa yang dipengaruhi oleh kalender Hindu-Buddha dan budaya Nusantara. Sistem ini menggunakan dua lapisan waktu: saptawara (7 hari) dan pancawara (5 hari). Masing-masing hari memiliki nilai simbolis, spiritual, dan sosial yang berkaitan dengan dewa, unsur alam, serta perputaran waktu.
Sistem ini berfungsi untuk menandai waktu ritual, kegiatan pertanian, serta menentukan weton seseorang. Dalam masyarakat Jawa, hari bukan hanya penanda waktu, tetapi juga sarana memahami harmoni antara manusia dan alam.
Bagaimana Asal-usul Nama Hari Jawa Kuno Terbentuk?
Nama-nama hari Jawa Kuno terbentuk dari adaptasi kalender Saka India yang dibawa ke Nusantara pada abad ke-5 Masehi. Elemen Hindu seperti nama dewa (Surya, Candra, Mangala) diserap dan disesuaikan dengan budaya Jawa.
Proses sinkretisme terjadi ketika masyarakat Jawa memadukan unsur kepercayaan lokal (animisme dan dinamisme) dengan sistem kosmologis India. Hal ini tercermin dalam teks kuno seperti Prasasti Kalasan dan Prasasti Prambanan, yang mencatat waktu menggunakan nama hari Sanskerta.
Apa Saja Nama-nama Hari Jawa Kuno dan Artinya?
Nama Hari | Padanan Modern | Makna Filosofis | Unsur / Dewa Terkait |
---|---|---|---|
Radite | Minggu | Kekuatan cahaya, awal kehidupan | Surya (Matahari) |
Soma | Senin | Ketenangan, kesucian batin | Candra (Bulan) |
Anggara | Selasa | Keberanian dan energi | Mangala (Mars) |
Budha | Rabu | Kebijaksanaan dan komunikasi | Budha (Merkurius) |
Respati | Kamis | Pengetahuan dan kesabaran | Brihaspati (Jupiter) |
Sukra | Jumat | Kasih sayang dan keindahan | Sukra (Venus) |
Saniscara | Sabtu | Ujian dan kedewasaan | Shani (Saturnus) |
Nama-nama ini masih digunakan dalam sistem penanggalan Jawa-Islam modern, terutama dalam perhitungan weton dan upacara adat.
Apa Perbedaan Hari Jawa Kuno dan Kalender Jawa Modern?
Kalender Jawa Modern yang diperkenalkan oleh Sultan Agung Mataram pada abad ke-17 menggabungkan tiga sistem:
- Saptawara (7 hari) dari Hindu-Buddha,
- Pancawara (5 hari) dari budaya asli Jawa,
- Sistem bulan Hijriah dari Islam.
Integrasi ini menghasilkan siklus 35 hari (weton), yang masih digunakan hingga kini. Tujuannya bukan hanya untuk menghitung waktu, tetapi juga menentukan hari baik (dino becik) untuk kegiatan spiritual dan sosial.
Bagaimana Nama Hari Jawa Kuno Digunakan dalam Kehidupan Tradisional?
Dalam budaya Jawa, hari memiliki energi metafisik yang dipercaya memengaruhi nasib manusia. Kombinasi saptawara dan pancawara digunakan untuk:
- Menentukan hari baik untuk pernikahan, pindahan, atau pertanian.
- Menghitung neptu dalam weton untuk membaca karakter seseorang.
- Menentukan tanggal penting untuk slametan, ruwatan, atau selamatan desa.
Contohnya, seseorang lahir pada Selasa Kliwon dipercaya memiliki watak tegas dan tangguh.
Untuk lebih jelas kamu bisa coba sendiri Kalkulator Tanggal Pernikahan Weton Jawa dan Sunda, nantinya akan muncul hasil yang menggabungkan perhitungan Jawa (neptu) dan Sunda (kalender adat) untuk menentukan kecocokan pasangan serta waktu pernikahan yang disarankan.
Mengapa Pemahaman Hari Jawa Kuno Masih Relevan Saat Ini?
Pemahaman nama hari Jawa Kuno membantu menjaga identitas budaya Jawa. Sistem ini bukan hanya penanggalan, tetapi juga filsafat hidup yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan waktu.
Di era modern, banyak orang masih menggunakan kalender Jawa untuk mencari hari baik pernikahan, weton anak, dan upacara adat. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal tetap hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi.
Bagaimana Cara Menghitung Hari Jawa Kuno Secara Akurat?
Menghitung hari Jawa Kuno dilakukan dengan mencocokkan dua siklus:
- Saptawara (7 hari): Radite, Soma, Anggara, Budha, Respati, Sukra, Saniscara.
- Pancawara (5 hari): Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon.
Contoh: Tanggal 15 Oktober 2025 jatuh pada Rabu Kliwon (Budha Kliwon). Kombinasi ini memiliki neptu 15 (Rabu = 7, Kliwon = 8).
Kini, perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan kalender digital Jawa, seperti aplikasi “Kalender Jawa” atau situs resmi Puslitbang LIPI.
Sumber-sumber Sejarah tentang Hari Jawa Kuno
Pengetahuan tentang hari Jawa Kuno berasal dari berbagai sumber:
- Prasasti Kalasan (778 M) – mencatat waktu berdasarkan sistem Saka.
- Prasasti Mantyasih (907 M) – menyebut nama hari dan bulan.
- Babad Tanah Jawi – menjelaskan adaptasi kalender Islam ke sistem Jawa.
- Kajian filologi modern oleh para ahli seperti Poerbatjaraka dan Zoetmulder yang meneliti hubungan antara bahasa Sanskerta dan bahasa Jawa Kuno.
Sumber-sumber ini memperlihatkan kontinuitas budaya Jawa selama lebih dari 12 abad.