Apa sih perbedaan obat TBC puskesmas dan rumah sakit, sebelum menjelaskan lebih lanjut penting bagi kita semua untuk memahami bagaimana prinsip pengobatan supaya memberikan hasil yang tepat dan efektif bagi penderita.
Prinsip Pengobatan Secara Medis
Prinsip pengobatan secara medis adalah prinsip yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, bukti, dan etika dalam memberikan pengobatan kepada pasien yang menderita penyakit. Prinsip ini meliputi beberapa aspek, antara lain:
- Diagnosis: proses menentukan penyebab, jenis, dan tingkat keparahan penyakit berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, atau biopsi.
- Terapi: proses memberikan pengobatan yang sesuai dengan diagnosis, tujuan, dan kondisi pasien. Pengobatan dapat berupa obat-obatan, pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, terapi genetik, atau terapi lainnya.
- Pencegahan: proses mencegah timbulnya penyakit atau komplikasi penyakit dengan cara menghindari faktor risiko, melakukan skrining dini, memberikan vaksinasi, atau melakukan intervensi lainnya.
- Rehabilitasi: proses memulihkan fungsi tubuh yang terganggu akibat penyakit atau pengobatan dengan cara memberikan fisioterapi, okupasi terapi, psikoterapi, atau terapi lainnya.
- Paliatif: proses memberikan perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penyakit terminal atau tidak dapat disembuhkan dengan cara mengurangi gejala, rasa sakit, dan penderitaan.
Prinsip-prinsip pengobatan secara medis harus dilakukan dengan menghormati hak dan kewajiban pasien, serta mengikuti standar profesional dan hukum yang berlaku. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus berkomunikasi dengan baik dengan pasien dan keluarganya, serta bekerja sama dengan tim multidisiplin dalam memberikan pengobatan yang holistik.
Perbedaan Obat TBC Puskesmas dan Rumah Sakit
Berikut adalah penjelasan setiap poin perbedaan untuk pengobatan TBC di puskesmas dan rumah sakit:
Jenis obat
Puskesmas biasanya memberikan obat TBC standar yang terdiri dari empat jenis obat, yaitu Isoniazid, Rifampisin, Ethambutol, dan Pyrazinamide. Obat-obat ini efektif untuk mengobati TBC paru-paru yang ringan hingga sedang. Rumah sakit biasanya memberikan formulasi obat TBC yang lebih kompleks dan mengandung lebih banyak antibiotik, seperti Moxifloxacin, Linezolid, Bedaquiline, Delamanid, dan lain-lain. Obat-obat ini diperlukan untuk mengobati TBC yang lebih serius, seperti TBC ekstra paru, TBC multidrug-resistant (TB-MDR), dan TBC HIV.
Cara pengobatan
Puskesmas menerapkan sistem pengobatan terpadu (DOTS) yang melibatkan pengawasan langsung oleh petugas kesehatan saat pasien minum obat. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dan mengurangi risiko resistensi bakteri. Rumah sakit menerapkan sistem pengobatan individual yang disesuaikan dengan kondisi pasien dan jenis TBC yang diderita. Sistem ini memerlukan pemeriksaan laboratorium yang lebih sering dan intensif untuk memantau efektivitas dan efek samping obat.
Durasi pengobatan
Puskesmas memberlakukan durasi pengobatan standar selama 6 bulan untuk semua pasien TBC paru-paru. Durasi ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Rumah sakit menetapkan durasi pengobatan yang bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan TBC yang diobati. Durasi ini bisa mencapai 18-24 bulan untuk pasien dengan TBC TB-MDR atau TBC HIV.
Biaya pengobatan
Puskesmas memberikan obat TBC secara gratis kepada pasien berdasarkan program pemberantasan TBC nasional. Pasien hanya perlu membayar biaya administrasi dan transportasi ke puskesmas. Rumah sakit memberikan obat TBC dengan harga yang relatif mahal karena obat-obatnya lebih kompleks dan langka. Pasien juga perlu membayar biaya pemeriksaan, rawat inap, dan perawatan lainnya di rumah sakit.
Saran Selama Pengobatan TBC
Sebaiknya kita sediakan ruangan khusus untuk pasien TBC. Pasien TBC harus beristirahat di ruangan yang terpisah dari anggota keluarga lainnya, terutama yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Ruangan harus berventilasi baik, bersih, dan terang. Hindari berbagi tempat tidur, handuk, atau peralatan makan dengan pasien TBC.
Jika sudah tersedia ruangan khusus, Pasien TBC harus menggunakan masker bedah atau N95 saat berada di luar ruangan atau berinteraksi dengan orang lain. Masker harus diganti setiap 4 jam atau jika basah atau kotor. Keluarga pasien TBC juga harus menggunakan masker saat merawat atau mengunjungi pasien TBC.
Adalah hal cukup penting yaitu harus mengingatkan mereka untuk minum obat. Pasien TBC harus minum obat sesuai dengan resep dokter dan jadwal yang ditentukan. Obat TBC harus diminum selama 6 bulan atau lebih, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakitnya. Jangan menghentikan obat tanpa sepengetahuan dokter, karena dapat menyebabkan resistensi bakteri atau kekambuhan penyakit.
Mendengarkan keluh kesah. Pasien TBC mungkin mengalami stres, depresi, atau rasa takut akibat penyakitnya. Keluarga pasien TBC harus memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien TBC. Dengarkan keluh kesah mereka dengan sabar dan empati. Berikan semangat dan harapan kepada mereka agar tetap optimis dan berjuang untuk sembuh.
Meningkatkan pengetahuan tentang TBC. Pasien TBC dan keluarga harus mengetahui gejala, penyebab, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan TBC. Hal ini dapat membantu mereka untuk mengenali tanda-tanda awal penyakit, mencegah penularan kepada orang lain, dan mengikuti pengobatan dengan benar.
Semoga bermanfaat, salam sehat