Waktu itu, di tengah obrolan santai bersama teman-teman lama, seseorang melempar candaan, “Eh, lo sekarang gendut banget sih!” Aku hanya tertawa kecil. Tapi dalam hati, kata “gendut” itu bergema cukup lama. Gendut? Emangnya beda ya sama gemuk? Atau… apa aku sekarang gembul?
Pulang ke rumah, aku membuka ponsel, mengetik di Google: perbedaan gemuk, gendut, gembul. Dan dari situ, aku mulai menyadari: ternyata, ketiga kata ini bukan cuma soal ukuran tubuh—tapi juga soal persepsi, emosi, dan bahkan budaya.
Gemuk Itu Proporsional?
Menurut berbagai sumber medis, “gemuk” biasanya mengacu pada kondisi di mana berat badan seseorang melebihi angka normal, tapi masih dalam batas overweight. Artinya, tubuh terlihat berisi tapi tetap seimbang. Kadang, orang yang gemuk malah kelihatan sehat, apalagi kalau bentuk tubuhnya tetap proporsional.
Gemuk bukan selalu buruk. Malah, di beberapa budaya, tubuh yang gemuk itu justru dianggap makmur, bahagia, dan ‘enak dipandang’.
Kalau Gendut, Itu Sudah Kelewat Batas?
Kata “gendut” sering dipakai dalam konteks bercanda—meski bisa menyakitkan juga. Secara medis, ini lebih mendekati obesitas. Berat badan yang sudah cukup jauh dari normal dan bisa memicu masalah kesehatan seperti diabetes, kolesterol tinggi, atau gangguan jantung.
Aku pun akhirnya coba buka kalkulator BMI. Masukkan tinggi badan, berat badan, dan... hasilnya? “IMT Anda: 29,7 – Overweight, mendekati obesitas.” Ah, pantas aja aku mulai gampang ngos-ngosan naik tangga.
Istilah | Konotasi utama | Ukuran/indikator | Nuansa tren |
---|---|---|---|
Gemuk | Proporsional, isi tubuh sehat | BMI 25–29,9 | Netral |
Gendut | Berat berlebih, lemak menumpuk | BMI ≥ 30 | Negatif |
Gembul | Lucu, pipi tembem, imut | Subyektif, kerap secara visual | Positif/lucu |
Montok/semok/bohai | Tubuh berisi menarik | Visual & subyektif | Positif/trend |
Dan Gembul… Ternyata Lucu
Lalu aku ingat keponakanku yang baru 3 tahun. Ibunya sering bilang, “Aduh, kamu gembul banget sih, gemes!” Ternyata, gembul memang lebih sering dipakai buat menggambarkan anak-anak yang tembam, imut, dan doyan makan. Pipi besar, perut sedikit maju, tapi justru menggemaskan. Ada kehangatan dalam kata itu—beda dengan “gendut” yang sering terasa kasar.
Bahasa Menyimpan Perasaan
Beberapa kata lain juga muncul dalam pencarian: montok, semok, bohai. Umumnya dilekatkan pada perempuan yang tubuhnya berisi, tapi tetap menarik. Ini bukan soal kelebihan berat badan, tapi lebih pada bentuk tubuh yang dinilai “ideal” secara visual.
Simak juga, Tinggi Berat Badan Anak Ideal
Anehnya, tubuh kurus pun bisa jadi masalah. “Langsing” mungkin dianggap cantik dan sehat. Tapi “kurus”? Bisa berarti kekurangan gizi, kurang tenaga, atau bahkan stres.
Tubuh, Gaya Hidup, dan Cermin Diri
Aku mulai merefleksikan diri. Mungkin ini bukan soal apakah aku “gendut” atau “gemuk”. Tapi lebih pada: apakah aku sehat?
Aku ingat pola makanku akhir-akhir ini: begadang sambil ngemil, jarang olahraga, stres kerjaan numpuk. Tubuh bukan cuma soal ukuran. Tapi juga soal bagaimana kita menjaganya.
Penutup: Kata-Kata Bisa Menyentuh, Tapi Juga Menyayat
Hari ini aku belajar sesuatu. Kita hidup di tengah masyarakat yang kadang terlalu mudah memberi label lewat tubuh orang lain. Padahal, di balik tubuh yang “gendut” atau “gembul”, ada cerita hidup, ada perjuangan, ada rasa yang tak selalu tampak di luar.
Jadi, lain kali kalau aku mendengar atau bahkan mengucapkan salah satu dari kata itu, mungkin aku akan lebih hati-hati.
Dan kalau kamu merasa bingung dengan kondisi tubuhmu sekarang, tak ada salahnya konsultasi ke dokter atau ahli gizi. Banyak platform seperti konsultasi di halodoc yang menyediakan layanan mulai dari Rp15.000, lengkap dengan resep dan arahan dari profesional.
Karena pada akhirnya, bukan tentang seberapa besar tubuhmu. Tapi seberapa baik kamu memperlakukannya.